TUGAS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
PRODUK
“GREEN QUALITY FUNCTION OF
DEVELOVMENT (GQFD)”
OLEH:
RIZKA SAFITRA
D 221 10 253
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Assalamu
‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji dan syukur penulis panjatkan
ke hadirat Allah SWT,atas berkah,rahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis
bisa menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam tak henti-hentinya
penulis panjatkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi sekalian umat manusia bagi
mereka yang mengetahuinya.
Selesainya makalah ini tidak lepas dari
bantuan,dorongan dan bimbingan yang penulis peroleh dari berbagai pihak,baik
yang bersifat moril,maupun materil.pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang tek terhingga kepada:
1.Secara khusus pernyataan terima kasih yang tek terhingga kepada kedua
orang tua penulis yang senantiasa membimbing penulis dalam menyelesaikan
penulian ini,
2.Dan tak lupa pula rasa syukur karena
penulis mempunyai sahabat disekelilingnya (terima kasih atas
kebersamaannya)yang telah memberikan motivasi dan dorongan untuk giat dan tidak
menyerah dalam menyelesaikan makalah ini.
3.Pula rasa terima kasih penulis hanturkan
kepada kakak yang telah memberikan penulis sebagian ilmunya dengan hati yang ikhlas dan sabar.meskipun pada
akhirnya hasil yang penulis berikan ini tidak sesuai dengan harapan kakak,namun
setidaknya penulis telah memperlihatkan kesungguhannya dalam menyelesaikan
makalah ini.
Akhirnya dengan segala kekurangan dan kerendahan hati penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.maka dari itu,saran dan kritikan yang bersifat membangun penulis sangat harapkan untuk penilisan kedepannya.semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi penulis secara khusus dan bagi para pembaca secara umum.Amin.
Akhirnya dengan segala kekurangan dan kerendahan hati penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.maka dari itu,saran dan kritikan yang bersifat membangun penulis sangat harapkan untuk penilisan kedepannya.semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi penulis secara khusus dan bagi para pembaca secara umum.Amin.
Wassalam,
Makassar, Februari 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Persaingan
dunia usaha dapat dikatakan semakin kuat dan ketat sehingga menciptakan suatu
kompetisi di dalam suatu industri. Banyak jenis usaha atau jenis bisnis yang
muncul dan berkembang baik pada bidang manufaktur maupun sektor jasa. Setiap
bidang usaha memiliki kesempatan yang luas dan terbuka untuk bersaing.
Berawal
dari kondisi yang semakin kompetitif dalam dunia usaha, menyebabkan setiap
usaha atau bisnis dituntut untuk bisa membuat strategi bagi bisnisnya.
Salah satu alasan utama suatu usaha atau
bisnis harus memiliki strategi yaitu supaya bisnis tersebut bisa bertahan di
tengah-tengah persaingan yang ada. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa setiap
bisnis harus memiliki strategi sendiri. Begitu juga strategi pada bisnis yang
bergerak di bidang manufaktur maupun jasa, pasti memiliki strategi yang
berbeda.
Pada
bisnis jasa memiliki keunikan sendiri karena pada bisnis ini perusahaan tidak
menjual dalam bentuk barang, akan tetapi lebih pada pemberian pelayanan kepada
konsumen. Apabila membahas lebih lanjut mengenai bisnis pada sektor jasa, maka perusahaan
dituntut memiliki strategi yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Untuk
memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada para
pelanggannya karena suatu produk dikatakan bermutu apabila dapat memenuhi kebutuhan
pelanggannya.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang 2 kebutuhan konsumen (customer
requirements) sangatlah penting (Kristiani et al., 2006).
Industri
kecil di Indonesia merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional,
karena berperan dalam mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi
penyediaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan berperan dalam
peningkatan perolehan devisa serta memperkokoh struktur industri nasional.
Menurut
Hanan (2003), dari segi kuantitatif, pelaku usaha di Indonesia tercacat 41,36
juta unit. Dari jumlah tersebut, sekitar 41,33 juta unit, atau 99,9% adalah
usaha kecil menengah (UKM), sedangkan usaha besar hanya 0,005%.Dengan jumlah
yang dominan itu, UKM mampu menyerap 99,45% dari seluruh jumlah tenaga kerja
nasional (sekitar 76,97 juta orang).
Berdasarkan
uraian tersebut dapat dikatakan bahwa industri kecil dan menengah merupakan
sector yang perlu mendapat prioritas utama dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
Salah satu industri kecil yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah dalam
pengembangannya adalah industri produk jadi rotan.
Penerimaan
barang jadi rotan terutama mebel terus meningkat mencapai US$ 306 juta atau 83
% dari nilai ekspor barang jadi rotan pada tahun 1995. Peningkatan penerimaan
tersebut ternyata masih belum diikuti dengan peningkatan kualitas produk. Hal
itu dapat terlihat dari penurunan tingkat harga produk jadi rotan dari US$ 4563
per ton menjadi sekitar US$ 2000-3200 per ton pada tahun 1997.
Perabotan
rotan masih menjadi komoditas utama kerajinan di Indonesia. Selain bahan
bakunya mudah ditemukan, tekstur rotan tergolong fleksibel untuk dijadikan
aneka kerajinan. Ada yang bisa diolah menjadi furniture murni, produk
interior, dan aksesoris.
Rotan
sudah menjadi warisan budaya masyarakat Indonesia demikian juga di daerah
Domas, Menganti Gresik. Industri ini sudah menjadi warisan turun temurun,
sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat setempat sehingga mampu menyerap
sejumlah tenaga kerja pada wilayah tersebut.
Oleh
sebab itu perlu dilakukan perbaikan kualitas produk yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen agar bisa bersaing dipasaran. Ulrich (2001) menyatakan bahwa
produk yang sukses adalah produk yang mampu memberi manfaat sesuai dengan yang
dipersepsikan oleh konsumen.
Oleh
karena itu perlu mempertimbangkan kualitas produk berdasar kebutuhan dan
keinginan konsumen yang sekarang mulai mengarah pada produk yang ramah
lingkungan (green consumer).
Dengan
mempertimbangkan adanya peningkatan kesadaran konsumen terhadap produk dan
lingkungan dan kesadaran industry untuk mengembangkan dan mendesain produk yang
sustanaible, maka perlu membuat suatu pendekatan untuk mendesain dan
mengembangkan produk yang memiliki dampak negative terhadap lingkungan yang
kecil dan produk tersebut juga harus bisa diterima oleh konsumen.
Salah
satu metode merancang produk yang ramah lingkungan telah dikembangkan oleh
Cristophari pada tahun 1996 (Zhang, 1999) yang merupakan pengembangan dari QFD
klasik. Dalam metode ini diintegrasikan QFD klasik dengan Life Cycle
Assesment (LCA). Green QFD dimana di dalamnya sudah mempertimbangkan
masalah lingkungan. Namun, Green QFD ini masih belum efisien karena masih belum
mempertimbangkan biaya di dalam matriks-matriksnya.
Diawali
pada tahun 1998, Zhang dkk (1998) mulai melakukan pengembangan QFD sehingga
mampu mengintegrasikan aspek kualitas, lingkungan, dan biaya ke dalam
matriks-matriksnya. Dalam GQFD II ini diintegrasikan Voice of customer, LCA dan
LCC kedalam matriks – matriks QFD.
BAB II
TINJAUAN PUTAKA
Dengan meningkatnya masalah lingkungan selama beberapa dekade terakhir,
maka konsen yang diangkat dalam isu-isu yang berkembang menyatakan bahwa
pembangunan industri pencemaran lingkungan harus ditangani bersama-sama dengan
manajemen persedian, dengan demikian memberikan perhatian kepada Green
Supply Chain Management (GSCM).
Salah satu pengertian dari Green
Supply Chain Management (GSCM) menurut (srivastava) ialah integrasi antara
pemikiran mengenai lingkungan kedalam pola Supply Chain Management termasuk
diantaranya yaitu desain produk, bahan baku dan seleksi, proses manufaktur,
pengiriman produk akhir ke konsumen, dan daur ulang produk setelah
dimanfaatkan.
The EuP (energy-using products) adalah penggabungan antara siklus
hidup produk yang berdasarkan lingkungan hidup dengan proses pengembangan
produk.
Quality function deployment (QFD) adalah sebuah keseluruhan konsep yang menyediakan sarana untuk menerjemahkan kebutuhan pelanggan ke dalam persyaratan teknis yang sesuai untuk setiap tahap pengembangan produk dan produksi.
Konsep QFD merupakan suatu alat untuk menidentifikasi 4 kebutuhan pelanggan. Tujuan dari QFD adalah untuk menjamin bahwa produk atau layanan jasa yang dihasilkan dapat memenuhi tingkat kualitas yang diperlukan sehingga benar-benar dapat memuaskan pelanggan.
Quality function deployment (QFD) adalah sebuah keseluruhan konsep yang menyediakan sarana untuk menerjemahkan kebutuhan pelanggan ke dalam persyaratan teknis yang sesuai untuk setiap tahap pengembangan produk dan produksi.
Konsep QFD merupakan suatu alat untuk menidentifikasi 4 kebutuhan pelanggan. Tujuan dari QFD adalah untuk menjamin bahwa produk atau layanan jasa yang dihasilkan dapat memenuhi tingkat kualitas yang diperlukan sehingga benar-benar dapat memuaskan pelanggan.
Menurut Park dan Kim (1998) bahwa dengan
menerapkan QFD maka perusahaan dapat meningkatkan komunikasi, melakukan
pengembangan produk, dan melakukan pengukuran
atas proses dan sistem.
Integrasi
LCA ke dalam matriks QFD untuk menyusun (deploy) kualitas berdasarkan keinginan
konsumen, lingkungan, dan biaya keseluruhan proses pengembangan produk disebut
konsep green quality deployment II dikembangkan oleh Zhang (1999) Green
quality function deployment II merupakan pengembangan green QFD (GQFD)
yang digunakan untuk mengevaluasi konsepkonsep produk dengan cara
mengkombinasikan life cycle assessment (LCA), life cycle costing (LCC)
dan QFD ke dalam matriks.
Metodologi
GQFD II dilakukan secara sistematis bagi tim pengembangan produk untuk
mendesain produk manufaktur yang sustainable sehingga memenuhi
permintaan customer, biaya rendah dan memperhatikan lingkungan.
Adapun defenisi dari green QFD
adalah sebagai berikut:
Green Quality function
deployment (GQFD) merupakan metode untuk mengintegrasikan analisis siklus
hidup dan QFD untuk mengevaluasi produk menggunakan pertimbangan
lingkungan.
Green QFD II (Green Quality Function Deployment II) merupakan suatu
metode untuk mengevaluasi konsep produk dengan tidak hanya mempertimbangkan
aspek kualitas tetapi juga mempertimbangkan aspek lingkungan dan biaya ke dalam
matriks-matriksnya. Sehingga nantinya
dapat menghasilkan produk yang berkualitas, ramah lingkungan dan biaya rendah.
Keunggulan utama dari QFDE atau kerangka Eco QFD adalah alat atau metode yang berguna untuk mengintegrasikan masalah lingkungan dengan kualitas, biaya, dan kebutuhan pelanggan untuk meningkatkan pengembangan produk.
Keunggulan utama dari QFDE atau kerangka Eco QFD adalah alat atau metode yang berguna untuk mengintegrasikan masalah lingkungan dengan kualitas, biaya, dan kebutuhan pelanggan untuk meningkatkan pengembangan produk.
Green design
Produk
ramah lingkungan menurut Redjellyfish (2003) adalah produk organik atau modifikasi
genetik dari organisme yang keseluruhan produknya mampu di daur ulang, tidak melakukan
test terhadap hewan dan merupakan hasil proses produksi bersih. Bilatos (1997),
menyatakan bahwa green engineering adalah sebuah tingkatan sistem yang melingkupi
produk dan proses desain dimana lingkungan menjadi sebagai tujuan utama bukan
hanya batasan sederhana, lingkungan menjadi dasar pemikiran di semua aspek spesifikasi
desain.
Life
Cycle Assesment
Konsep
pengembangan produk dengan mengamati aspek lingkungan (design for the
environment) memiliki konsep
yang sama dengan Life Cycle Assesment. Yaitu dengan memperhatikan dampak
lingkungan disemua aspek produksi. Untuk meraih sustanaibility
produk, perlu
melakukan evaluasi produk yang memiliki dampak lingkungan yang kecil. LCA
mengevaluasi dampak lingkungan yang berhubungan dengan aktifitas industri mulai
dari material tersebut diambil dari bumi sampai material tersebut kembali ke
bumi (cradle to grave).
Life
Cycle Cost
Life
Cycle Costing (LCC), digunakan
untuk mengevaluasi biaya yang diakibatkan oleh produk selama siklus hidupnya
sebagai usaha cost reduction programe dan dikaitkan dengan usaha
menciptakan produk yang ramah lingkungan. Adapun biaya-biaya dalam life cycle
costing adalah biaya manufakturing, biaya pengolahan limbah, biaya
distribusi dan service ke pelanggan, dan biaya bagi pengguna.
Green QFD II
Zhang
(1999) yang dikutip oleh Septin (2004) mengembangkan Green QFD-II untuk mengintegrasikan
LCA dan LCC, kedalam matriks-matriks QFD untuk mendeploy kualitas berdasarkan
keinginan konsumen,lingkungan, dan biaya ke seluruh proses pengembangan produk.
Green QFD-II ini merupakan pengembangan Green QFD (GQFD) yang
digunakan untuk mengevaluasi konsep-konsepproduk dengan cara mengkombinasikan life
cycle assesment (LCA), life cycle costing (LCC), dan QFD ke dalam
matriks-matriks. Metodologi GQFD II dilakukan secara sistematis bagi tim
pengembangan produk untuk mendesain produk manufaktur yang suistanable sehingga
memenuhi permintaan customer,
biaya rendah,
dan memperhatikan lingkungan. Tahap-tahap dalam Green QFD II adalah
sebagai berikut:
Tahap
I : Mengidentifikasi technical response
Tujuan
dari fase ini adalah untuk mengidentifikasi technical response kualitas,
lingkungan,dan biaya melalui analisis yang didasarkan pada produk, permintaan- permintaan
pada technical
response ini kemudian digunakan untuk mengembangkan
konsep produk
baru. Pada fase ini dibuat tiga house yaitu :
• House of
Quality (HOQ), berisi VOC
• Green House
(GH), dari LCA
• Cost House (CH),
dari LCC
Tahap
II: Memunculkan konsep produk
Tujuan
dari fase ini adalah untuk mengembangkan alternatif konsep produk untuk memenuhi
permintaan yang telah ditentukan dalam fase I. Konsep-konsep tersebut dan garis
mendasar konsep produk di evaluasi untuk memilih konsep rancangan produk
melalui Concept Comparison House (CCH).
Sustainable
Minds
Untuk
memperkuat keputusan pemilihan produk dilakukan dengan menganalisa dampak
lingkungan dan membandingkan dampak lingkungan yang dihasilkan produk baru
dan produk
eksisting. Digunakan software Sustainable Minds untuk mempermudah analisa
dampak lingkungan.
BAB III
ISI
Hasil dan Diskusi
Tahap awal proses pengumpulan
data, yaitu mengumpukan data atribut produk kursi makan berdasarkan kebutuhan dan
keinginan konsumen (VoC). Untuk membangkitkan VoC dilakukan melalui survey
terhadap konsumen. Hasil
dari proses ini dimasukan kedalam HoQ.
Proses selanjutnya adalah analisa lingkungan dari kursi rotan. Tujuan dari LCA adalah melakukan evaluasi atas konsep produk. Adapun ruang lingkup LCA produk ini adalah seluruh siklus hidup produk kursi makan mulai dari pengadaan material hingga sampai di tangan konsumen. Pada penelitian ini pengelompokkan dampak lingkungan didasarkan pada metode EDIP (Environment Design Industrial of Product) (Wenzel 1997). Sedangkan respon teknisnya adalah dampak lingkungan yang dihasilkan produk kursi mulai dari rawmaterial hingga disposal.
Berdasarkan HoQ, Green house dan Cost house diketahui kebutuhan konsumen, dampak lingkungan terbesar dan proses produksi yang paling banyak membutuhkan biaya. Dari hasil analisa tersebut dan mempertimbangkan kemampuan manajemen. Bobot QEC (Quality, Environment, Cost) ditetapkan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process. Kolom kepuasan menunjukkan nilai performansi konsep produk dilihat dari perspektif kualitas, lingkungan, dan biaya. Dari hasil analisa tersebut dan mempertimbangkan kemampuan manajemen dilakukan pengembangan produk kursi makan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dan ramah lingkungan. Produk baru dan produk lama akan dibandingkan melalui CCH.
Proses selanjutnya adalah analisa lingkungan dari kursi rotan. Tujuan dari LCA adalah melakukan evaluasi atas konsep produk. Adapun ruang lingkup LCA produk ini adalah seluruh siklus hidup produk kursi makan mulai dari pengadaan material hingga sampai di tangan konsumen. Pada penelitian ini pengelompokkan dampak lingkungan didasarkan pada metode EDIP (Environment Design Industrial of Product) (Wenzel 1997). Sedangkan respon teknisnya adalah dampak lingkungan yang dihasilkan produk kursi mulai dari rawmaterial hingga disposal.
Berdasarkan HoQ, Green house dan Cost house diketahui kebutuhan konsumen, dampak lingkungan terbesar dan proses produksi yang paling banyak membutuhkan biaya. Dari hasil analisa tersebut dan mempertimbangkan kemampuan manajemen. Bobot QEC (Quality, Environment, Cost) ditetapkan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process. Kolom kepuasan menunjukkan nilai performansi konsep produk dilihat dari perspektif kualitas, lingkungan, dan biaya. Dari hasil analisa tersebut dan mempertimbangkan kemampuan manajemen dilakukan pengembangan produk kursi makan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dan ramah lingkungan. Produk baru dan produk lama akan dibandingkan melalui CCH.
Untuk memperkuat analisa dengan
software Sustainable Minds dilakukan analisa dampak lingkungan terhadap ketiga
produk. Hasil yang diperoleh adalah kursi awal menghasilkan dampak lingkungan
yang besar selama siklus hidupnya, terutama pada proses pengolahan raw material serta
umur produk. Dengan pergantian material dengan rotan sintetik atau loom serta rangka
stainless, dampak lingkungan dapat dikurangi secara signifikan. Harga yang dihasilkan
juga lebih ekonomis akibat efisiensi pergantian material, sistem rangka, ongkos anyaman dan
kemudahan dalam pengiriman. Desain baru juga lebih ergonomis
dan secara estetika sesuai keinginan konsumen.
`
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
IV.1.Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini dapat
disimpulkan beberapa saran dan perbaikan seperti berikut :
1. Perlunya meningkatkan kualitas
produk UKM karena pasar global sangat luas dan membutuhkan produk kerajinan
unggulan Indonesia.
2. Trend green consumer, membuat
produk harus memperhatikan aspek lingkungan mulai dari raw material hingga
disposal (cradle to grave).
3. Kursi rotan yang bahan baku
berasal dari alam jika tidak disertai dengan komitmen terhadap lingkungan akan
menimbulkan dampak yang sangat besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan hidup.
Diantaranya adalah ;
Diantaranya adalah ;
a) Kerusakan ekosistem hutan
rotan akibat eksplorasi material rotan secara berlebihan.
b) Pengolahan rotan menjadi rotan
siap pakai saat ini dilakukan melalui proses sederhana tanpa campur tangan
teknologi sehingga meningkatkan biaya produksi, dan mengakibatkan
dampak melalui udara, air, tanah dan terutama berdampak bagi kesehatan manusia.
c) Pemakaian zat – zat kimia
selama proses pengolahan rotan, pengawetan hingga finishing.
d) Gangguan jamur dan serangga
membuat rotan tidak dapat bertahan lama.
4. Lokasi sumber daya rotan yang
jauh dari sentra kerajinan dan pengrajin anyaman mengakibatkan kesulitan
pengolahan rotan menjadi bahan jadi dan tingginya harga bahan baku rotan.
5. Perlunya pengembangan produk
UKM rotan dan mencari alternatif material yang
ramah lingkungan.
6. Kebutuhan konsumen kursi makan
memprioritaskan kualitas kursi, lingkungan dan yang terakhir faktor biaya.
Menandakan bahwa konsumen saat ini bukan hanya mempertimbangkan harga tetapi
juga mendahulukan kualitas dan lingkungan.
7. Pengembangan produk kursi
makan, dapat mereduksi dampak lingkungan, memenuhi kebutuhan konsumen dan
mereduksi cost. Melalui desain yang telah dikembangkan dianalisa dampak
lingkungan dan biaya produk tersebut dan dibandingkan dengan analisa
produk awal. Dari analisa tersebut diketahui bahwa produk yang baru mampu memnuhi
keinginan konsumen, mereduksi cost dan dampak lingkungan.
8. Limbah yang dihasilkan oleh
produksi kursi rotan awal dapat ditanggulangi dengan penggantian material. Semua
dampak lingkungan memiliki strategi penanggulangan.
IV.2. SARAN
Penelitian selanjutnya hendaknya dapat
membandingkan beberapa alternatif kerajinan rotan tidak terbatas pada penambahan
bahan baku lain dalam komposisi kerajinan kursi rotan.
Penelitian selanjutnya hendaknya diperbanyak
penelitian terhadap industri kerajinan kursi rotan untuk mengembangkan industri
tersebut terutama UKM sehingga dapat bersaing di pasar lokal maupun global.
DAFTAR PUSTAKA
- Akao, Y., 1991. Quality Function Deployment: Integrating Customer Requirements Into Product Design, Productivity Press. Portland, Oregon.
- Billatos, S. B., and N. A. Bassaly, 1997. Green Technology and Design for the Environment, Taylor & Francis, Ltd.
- Burall, P., 1991. Green Design, The Design Council of United Kingdom.
- Cohen, L., 1995. Quality Function Deployment : how to make QFD work for you, Addison – Wisley Publishing Company.
- Curran, M. A., 1996. Environmental Life-Cycle Assessment, Mc Graw Hill.
- Dong, C., C. Zhang, and B. Wang, 2001. “Integration of green quality function deployment and fuzzy multiattribute utility thoery-based cost estimation for environmentally conscious product development”, International Journal of Environmentally Conscious Design & Manufacturing.
- Jasni, D. Martono dan Nana SuprianaI. 1999 Sari Hasil Penelitian Rotan, Dep.Kehutanan.
- Juran, J.M., 1992, Juran on Quality by Design, The Free Press, New York.
- Puji Astuti, Septin, 2004, Evaluasi Konsep Produk dengan Pendekatan Green QFD II, Program Pascasarjana, Teknik Industri -ITS
- Saaty, T. L., 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
- Ulrich, K. T., and S. D. Eppinger, 2001. Perancangan dan Pengembangan Produk, Salemba Teknika, Jakarta
- Wenzel, H., M. Hauschild, and L. Alting, 1997. Environmental Assessment of Products, Volume 1 Methodology, Tools and Case Studies in Product Development, Chapman & Hall
- Zhang, Y., H. P., Wang, and C. Zhang, 1998. “Product Concept Evaluating Using GQFDII and AHP”, International Journal of Environmentally Concious Design & manufacturing, Vol. 7, No 3.
- Zhang, Y., H.P, Wang, and C. Zhang, 1999. “Green QFD – II: life cycle approach for environmentally conscious manufacturing by integrating LCA and LCC into QFD matrices”, International Journal Production Research, Vol. 37, pp 1075 –1091.
No comments:
Post a Comment